Sang Pejuang: Ngobrol Asik Soal Maluku Utara Bareng Saiful Ruray

RP/III/09.10.2025/PROVMALUT
#Sang Pejuang : ‘Ngobrol Asik’ Soal Maluku Utara Bareng Saiful Ruray.#

SOFIFI - Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan budaya serta warisan maritim.

Dalam semarak menyambut Hari Jadi ke-26 Maluku Utara, Wakil Gubernur, H. Sarbin Sehe didampingi mantan Ketua DPRD Maluku Utara, Periode 2014-2019, Dr. Saiful Bahri Ruray, S.H., M.Si., Anggota DPRD, Plt Kadikbud beserta jajaran mengikuti sesi ngobrol interaktif bahas napak tilas Maluku Utara bertema “Sang Pejuang”, Kamis (9/10).

Sarbin Sehe dalam sambutan singkatnya, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan momentum penting untuk mengenang dan mengingat kembali sejarah Maluku Utara.

Sang Pejuang ini mengingatkan kita akan tonggak sejarah panjang Maluku Utara sampai saat ini. Yang dimulai pada masa kesultanan sampai pendudukan Belanda,” ujar Wagub mengakhiri sambutan resminya.

Prolog
Maluku, telah tercatat dalam catatan musafir China, sejak abad 7 (Era Dinasti T’ang), yang datang ke Kepulauan Maluku untuk perdagangan rempah-rempah dan menjadi titik awal the silk road. Bahkan Prof. A.B. Lapian menyebut Silk Road diawali dari the spice road, dari Maluku.

Jazirah Al Mulk
Dalam perjalanan musafir Maroko, Ibnu Battutah (1304- 1369), yang singgah di Nusantara, di Samudera Pasai Aceh, Maluku Utara, dan Papua (Fakfak), dimana ia mencatat telah bermukim penduduk muslim dan para pedagang Jawa, Melayu, China, Gujarat (India). Battutah disebut sebagai Marcopolo-nya Islam, karena mengembara ke perbagai pelosok dunia. Battutah yang menamakan Jaziratul Mulk dan Al-Iriani, atas Kepulauan Maluku dan Papua. Namun nama Maluku juga, memiliki konotasi bermakna China, bahkan bahasa lokal, Mei-Lochu, dan Moi-Loku (Satu Genggam)

Nusantara dan Mondialisasi
Dunia mengenal alur rempah nusantara melalui Caravan Road dan Maritime Silk Road. Valerie Hansen, Peter Frankopan menjelaskan titik2 jalur rempah dunia, dimana tumbuh dan berkembang pusat peradaban global sejak awal peradaban.
Dari Kapur Barus di Sumatera Utara, lada di Lampung dan Banten, Jahe dan Kayu Manis di Borneo, Cengkih dan Pala di Maluku, Kayu Gaharu di Papua, hingga Kayu Cendana di Timor, adalah sedikit dari rempah dunia yang hanya ditemukan di Nusantara. Tome Pires (1512-1515), menyebutkan bahwa cengkih dan pala tidak ditemukan di tempat lain di dunia selain di Motir, Makean, Bacan, Tidore, Ternate dan Gilolo.

Maluku Utara dan Kolonial
Ekspedisi Magellan dari Spanyol (1519-1521), dengan penunjuk navigasi putra Maluku Utara asal Tidore, Enrique del Negro (Enrique Maluku), ekspedisi ini berhasil mencapai Talangame dan Rum Tidore. Dan menjadi pembahasan dalam Seminar Titik Nol Jalur Rempah, oleh Wapres KH. Makruf Amin di Tidore (2023).

Maluku Utara dibawah VOC
Maluku Utara, menjadi tujuan utama VOC (1599), lalu membentuk ibu kota VOC di Ternate dengan menempatkan 4 Gubernur Jenderal VOC di Ternate, Peter Booth (1610), Gerard Reynst (1614), Laurens Reael (1615), dan Jan Pieterzoon Coen (1617-1619). Jan Pieterzoon Coen yang memindahkan ibukota VOC dari Ternate ke Batavia pada 30 Mei 1619, setelah menaklukkan Jayakarta. Coen juga melakukan genosida atas 14.000 penduduk Banda. Ini adalah tindakan genosida pertama di Nusantara dalam sejarah, pada 1621.
Setelah itu Maluku Utara menjadi Residen, dipimpin seorang residen Belanda. Maluku Utara juga sempat ditempati 5 residen Inggris. Ketika Nusantara dikuasai Inggris (1811-1816).

Meniti Jalan Terjalan Menuju Pemekaran
Sejak 1957, Rakyat Maluku Utara telah memperjuangkan aspirasinya untuk membentuk Provinsi Maluku Utara. DPRD Peralihan Maluku Utara, dipimpin Wakil Ketuanya Johanes Tak, memimpin rapat paripurna penetapan Provinsi Maluku Utara sebagai Wilayah Pendukung Kembalinya Irian Barat ke Pangkuan Ibu Pertiwi. Namun saja, aspirasi ini kandas karena pada momentum yang sama terjadinya Pemberontakan PRRI/PERMESTA (1957-1958), dimana Maluku Utara ikut terimbas peristiwa tersebut.

Maluku Utara : Antara DPA RI dan Kemenlu RI
KETUA DPA-RI Ahmad Arnold Baramuli, menerima audiensi Tim Sembilan dikediamannya Jalan Imam Bonjol (10 Januari 1999), Menteng Jakarta. Pak Baramuli sangat gembira menerima pokok2 pikiran, karena beliau menyatakan Maluku Utara turut memberi kontribusi baginya sejak lama, melalui PT. Yubarson & Co dan PT. Poleko Group di Pulau Obi. Ia menyatakan diri sebagai bagian dari Maluku Utara dan siap pasang badan dalam perjuangan ini. Perjuangan panjang rakyat Maluku Utara akhirnya terwujud setelah Presiden B.J. Habibie mengesahkan UU No. 46/1999 pada tanggal 4 Oktober 1999. Dan dilanjutkan dengan penetapan UU No.1/2003 tentang pembentukan Kabupaten Halut, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan pada 25 Maret 2003. Selanjutnya disusul pembentukan Kabupaten Pulau Morotai yang disahkan melalui UU No.53/2008 pada 26 November 2008, dan UU No.6/2013 tentang pembentukan Kabupaten Pulau Taliabu yang disahkan pada 11 Januari 2013.

Saiful Ruray katakan pemekaran Maluku Utara adalah perjuangan kolektif seluruh elemen, bukan kotak-kotak tertentu.

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Karena pembangunan yang kita rasakan saat ini adalah buah hasil dari sejarah yang diukirkan para pejuang kita pada masa lalu. (Humas/Adpim)

Dokumentasi Kegiatan Klik Di sini

©MalutProv

Berita Terkait

Berita Terpopuler

18
Sep 2025
2 Agenda
Giat BPD MALUKU MALUT
08.30 - Bela Hotel
Hadir
RAKOR TPAD
13.00 - Ruang Rapat BPK Malut
Hadir
18
Sep 2025
1 Agenda
Rakor Evaluasi Program Gubernur
08.30 - Ruang Rapar Lt. 4
Hadir
17
Sep 2025
2 Agenda
Upacara HARHUBNAS
08.00 - Pelabuhan A. Yani
Hadir
Launching CMS SP2D Online SIPD
08.30 - Aula Nuku Lt. 2 Kantor Gubernur
Hadir

Ruang Multimedia

Link